Jumat, 09 Oktober 2009

Masak-masaK

Weeh...ga terasa udah hampir sebulan saya terdampar di negeri orang... Sejauh ini semuanya masih berjalan lancar... Meskipun cuaca mulai mendingin, setidaknya masih lebih hangat daripada tempat KKN saya dulu...

Ngomong2 soal KKN, ternyata pengalaman selama KKN banyak bermanfaat disini... selain bertahan menghadapi hawa dingin, ternyata ilmu masak-memasak yang saya dapatkan selama KKN bisa saya gunakan untuk bertahan hidup di sini...

Sebagai mahasiswa penerima beasiswa saya harus pintar-pintar mengatur pengeluaran agar bisa bertahan hidup di sini. Sebenarnya uang beasiswa yang saya terima sudah mencukupi untuk biaya hidup saya disini sebagai mahasiswa. Setidaknya cukup untuk membayar sewa apato, internet, utilities, dan makan 3 hari sekali. Tapi sudah datang jauh-jauh, rasanya sayang sekali kalo tidak mengeksplorasi keindahan negeri ini. Oleh karena itulah saya harus menabung, menyisihkan sebagian uang beasiswa saya untuk travelling. Dan salah satu cara menghemat pengeluaran adalah dengan memasak. Jika sekali makan di luar saya menghabiskan sekitar 400 yen, maka dalam sebulan biaya makan saya bisa mencapai 36,000 yen. Sedangkan jika saya memasak, biaya makan saya sebulan hanya sekitar 8,000 yen. Jadi, dengan memasak, saya bisa menghemat uang sekitar 26,000 yen per bulannya.

Soal masak-memasak, saya bisa dikatakan masih sangat amatir. Saya cuma bisa masak nasi pake rice cooker, masak indomie, masak nasi goreng, masak telur ceplok/ dadar/rebus/orak-arik, dan sedikit tumis menumis sayuran. Ga mungkin kan saya bisa bertahan hidup hanya dengan sedikit jenis makanan itu saja. Karena khawatir dengan kelangsungan perut saya di sini nantinya, semenjak KKN saya mulai mencoba untuk lebih menggeluti dunia masak-memasak, hahaha... Sembari membantu Bu Kadus memasak, saya mulai belajar memasak jenis-jenis masakan lainnya.

Setelah hampir sebulan saya di sini, rasanya kemampuan memasak saya semakin membaik ^-^. Ngomong-ngomong soal bumbu masakan, bumbu yang bisa saya temukan di Jepang hanyalah bawang putih, bawang bombay, jahe, tomat, gula,garam, dan merica, oleh karena itu biasanya bumbu2 itulah yang saya gunakan untuk memasak. Saya tidak bisa menemukan bawang merah, cabai (I really miss this one), daun salam,daun jeruk, daun serai, kunyit, kemiri, asam jawa, terasi dan berbagai rempah-rempah lainnya yang biasa digunakan untuk memasak masakan Indonesia, oh iya, saya juga tidak bisa menemukan santan di sini. Dengan terbatasnya bumbu yang ada, saya mencoba memasak berbagai variasi masakan. Sejauh ini saya berhasil membuat capcay, sayur sop, tumis salmon, cah brokoli, oseng-oseng terong, terong bumbu kecap, udang kentang bumbu kecap, perkedel, bakwan, semur telur, orak-arik tofu, omelet shitake dan beberapa masakan sederhana lainnya. Yah masih sangat sedikit memang, apalagi bahan yang saya bisa masak cuma itu-itu saja. Saya ga mungkin masak daging sapi atau ayam, jadi sumber protein hewani saya paling-paling berasal dari telur, udang, dan ikan salmon.

Yap! Semoga saja besok2 saya tidak kehabisan ide untuk memasak. Dan semoga sekembalinya saya dari sini saya semakin expert dalam bidang ini, lumayan kan buwat bekal berumah tangga nantinya, hehehe... (^-^)V

Senin, 05 Oktober 2009

Kampung Halaman

Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
(Tanah Airku/Ibu Sud)

Hmm...tiba-tiba saya jadi homesick...
Saya rindu Indonesia dengan segala isinya...
Alamnya yang indah, orang-orangnya yang ramah...

Saya hanya bisa mendengar kabarnya lewat siaran TV...
Senang dan bangga ketika Batik diakui sebagai warisan budaya Indonesia...
Menangis... tatkala melihat kota Padang luluh lantak oleh gempa...(mungkin agak lebay...tapi begitulah adanya...tanpa sadar air mata ini menetes begitu saja...)

Saya mungkin ga bisa jadi relawan untuk datang langsung ke Padang membantu mereka...
Saya juga ga bisa menyumbang bantuan fisik apapun untuk mereka...
Tapi...
Ibu saya pernah bilang...jika kamu ingin membantu seseorang tetapi kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan...kamu selalu bisa mendoakan mereka...

Berdoa...
Ya...hanya itu yang bisa saya lakukan sekarang...
Berdoa...
Untuk mereka yang pergi...
Untuk mereka yang ditinggalkan...

Mungkin butuh berhari-hari, berbulan-bulan...
Atau mungkin bertahun-tahun...
Tapi...
Seperti Aceh...
Seperti Jogja...
Saya percaya Padang bisa bangkit kembali...

karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Al Insyirah: 5-6)


Minggu, 04 Oktober 2009

Kyoto e Ikimasho!!! - 3rd Day

Di hari ke-3 ini kami (the foreigners) harus berjalan sendiri karena Miho-san tidak bisa menjadi guide. Kami memutuskan untuk mengunjungi dua kuil hari ini, yaitu Toji Temple dan Kiyomizudera Temple. Karena kartu 2-days pass sudah tidak berlaku, kami harus membeli kartu 1-day pass seharga 500 yen. Kartu ini dapat digunakan untuk mengakses bus dalam kota (tidak berlaku untuk subway) selama satu hari tersebut.

Sekitar pukul 10 pagi kami keluar dari hostel untuk check out dan mencari sarapan. Setelah menaruh seluruh barang bawaan di locker, kami segera menuju tujuan pertama kami hari itu, Toji Temple. Hari sebelumnya kami mendapat informasi dari seorang bapak bahwa pada tanggal 21 akan diadakan
flea market di Toji Temple ini. Kami berangkat dari stasiun sekitar pukul 11.30. Sebenarnya letak kuil tersebut tidak begitu jauh, tetapi karena jalanan menuju ke kuil tersebut sangat macet kami baru sampai 1 jam kemudian.

Flea market yang diadakan ternyata sangat ramai. Pasar ini menjual berbagai macam barang mulai dari baju, kimono, keramik, elektronik, dan juga makanan, kebanyakan barang yang dijual adalah barang secondhand. Beberapa teman saya membeli kimono di sini. Mereka membeli kimono secondhand tersebut seharga 2,000 yen, obi 2,000 yen, dan perlengkapan lainnya seharga 1,000 yen. Bisa dikatakan sangat murah mengingat harga satu set kimono baru biasanya mencapai 20,000 yen.


Puas melihat-lihat area pasar, saya memutuskan untuk masuk ke dalam kuil. Untuk masuk ke dalamnya saya harus membeli tiket seharga 500 yen. Di dalam area kuil ini terdapat taman, beberapa kuil dan juga pagoda 5 lantai yang katanya merupakan pagoda tertinggi di Jepang.


Sekitar pukul 4 sore kami keluar dari Toji Temple dan beranjak menuju tempat tujuan kami selanjutnya, Kiyomizudera Temple. Kuil yang satu ini terletak di sebelah timur kota Kyoto. Terletak di atas sebuah bukit yang tinggi sehingga menjadi tempat yang sangat terkenal untuk melihat sunset. Dari Toji Temple kami naik bis menuju Gion, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 20 menit.


Pemandangan dari Kiyomizudera Temple sangat indah. Dari sini kita bisa melihat seluruh kota Kyoto dan juga bisa melihat sunset tanpa terhalang oleh gedung-gedung pencakar langit yang banyak terdapat di dalam kota. Setelah matahari terbenam kami memutuskan untuk kembali ke stasiun. Karena jalanan masih sangat macet, kami memilih untuk berjalan kaki, sekitar 45 menit untuk sampai ke stasiun.

Sesampainya di stasiun kami berpencar untuk mencari makan malam masing-masing, sekitar jam 9 kami berkumpul lagi untuk bertemu dengan Miho-san karena dia yang mengurus semua tiket bis kami. Perjalanan 3 hari kami di Kyoto berakhir di sini. Pukul 10 malam bis kami berangkat kembali menuju Hiroshima.

***

Kyoto merupakan kota yang sangat indah. Kota yang sempat menjadi ibukota Jepang ini menyimpan banyak kekayaan peninggalan budaya Jepang. Tiga hari nampaknya belum cukup untuk menjelajahi kota yang dijuluki "Bali-nya Jepang" ini. Kyoto jelas merupakan kota yang wajib dikunjungi jika kamu datang ke Jepang.

Jumat, 02 Oktober 2009

Kyoto e Ikimasho!!! - 2nd Day

Hari kedua ini bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Pagi2 saat teman2 yang lain masih tidur, saya dan Damara bersiap-siap untuk berangkat Shalat Ied. Kami bertemu dengan Miho-san di Kyoto Central Station, Miho-san kemudian mengantar kami ke Kyoto International Community Center, tempat Shalat Ied dilaksanakan. Di sana saya bertemu dengan banyak warga Indonesia, kebanyakan adalah mahasiswa yang sedang belajar di sana. Saya juga berkenalan dengan seorang Ibu yang tinggal di Nara, beliau mengundang kami berdua untuk datang ke Nara jika ada kesempatan. Karena sudah ditunggu oleh yang lain (yang datang menyusul kemudian), kami tidak bisa berlama-lama mengikuti halal bi halal.

Tujuan pertama kami hari itu adalah Nanzenji Temple. Kuil ini terletak tidak jauh dari tempat shalat. Tinggal menyebrang jalan, jalan kaki 2 menit, sampailah kami di kuil yang terkenal dengan water passage-nya ini. Saya suka tempat ini, suasananya asri dan udaranya sejuk karena banyak terdapat pohon-pohon besar. Suara gemericik air dari water passage juga membuat suasana semakin segar. Untuk masuk ke wilayah kuil ini tidak dipungut biaya, tetapi jika kita ingin naik ke lantai atas kuil kita harus membayar sejumlah uang (entah berapa yen, saya tidak tahu karena saya tidak naik ke atas).




Sekitar pukul 12 siang, kami kembali ke Kyoto Central Station untuk makan siang. Setelah berhari-hari sebelumnya saya hampir dehidrasi karena kepanasan dan puasa, kali ini saya bisa ikut minum dan makan siang bersama dengan yang lainnya. (^o^). Kami membeli makanan kami masing-masing dan makan bersama di tangga atas stasiun. Karena belum begitu lapar, saya memilih untuk membeli 1 buah onigiri isi salmon dan jelly.

Tujuan selanjutnya adalah Fushimi Inari Shrine. Dari Kyoto Central Station kami naik bus menuju ke kuil ini. Kuil ini terletak di sebelah tenggara kota Kyoto. Kuil yang sangat terkenal dengan seribu torii merahnya ini dulu pernah dijadikan sebagai tempat syuting Memoirs of Geisha. Kuil ini menjadi tempat tujuan terakhir kami hari itu.