Rabu, 28 Juli 2010

:curcol:

Huwwooo...sudah lama sekali saya tidak posting apa2 di blog ini...

Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sudah bosan kuliah, kegiatan saya akhir2 ini diisi dengan ritual mengerjakan skripsi, belajar untuk ujian pendadaran dan komprehensif, serta iseng-iseng ikutan job recruitmen sambil mengisi waktu luang. Saking seringnya ikutan job recruitment, smpe2 temen2 saya mengira saya sudah lulus,haha...

Lumayan juga ikut2an job recruitment, setidak-tidaknya jadi punya gambaran proses rekrutmen sama jenis2 tes itu kayak gimana, pertanyaan-pertanyaan interview kayak gimana, juga dapat gambaran berbagai ttg bbg perusahaan. Trus lumayan juga dapet konsumsi dan kadang2 merchandise gratis, hehe...

Anyway, untuk sementara sepertinya saya harus menghentikan kegiatan tersebut dan fokus untuk persiapan ujian pendadaran dan komprehensif bulan depan. Semoga saya bisa langsung lulus dan bisa lebaran tanpa beban. Amin...

Wish me luck ^^

Kamis, 01 April 2010

::yang tersisa dari yang hilang::

Sewaktu saya jalan2 di Korea, kamera saya sempet error dan memformat ulang secara otomatis kartu memori yang berisi foto2 perjalanan hari pertama dan kedua. Huaaa....hikss. Setelah merengek-rengek dan bertanya sana sini, beberapa orang menyarankan untuk menggunakan software pe-recover data. Akhirnya saya mendownload software tersebut untuk menyelamatkan foto2 saya. Saya coba software itu, ternyata hanya bisa mengembalikan beberapa foto saja, itu pun tidak sempurna karena hampir 1/3-1/2 bagian dari foto tersebut hilang, menjadi warna abu-abu. Berikut ini beberapa foto yang masih bisa terselamatkan dari tragedi tersebut.

Foto salah satu palace di kota Seoul, saya lupa ini palace yang mana karena ada banyak palace di kota Seoul.
However, ini satu-satunya foto perjalanan hari pertama yang bisa terselamatkan.


Dua foto di atas adalah foto Hangang River's bank di senja hari.
Tempatnya bersih dan enak buat jalan-jalan dan sepedaan di sore hari.
Anyway, saya suka sekali gradasi langit biru-orangenya juga siluet pohon-pohonnya.
My favorite pics.


Just another nightview of Hangang River and Seoul City.
Diambil dari lantai ke-63, 63 Building (mantan bangunan tertinggi di kota Seoul)


Wishing board di Nami Island.
Saya suka sama gambar hippopotamus nya.


Ini foto terakhir yang saya ambil sebelum kamera saya error. Masih di Nami Island.
Kayaknya saya kualat sama pasangan ini karena ngambil foto mereka diam-diam, haha.. :P

***

Jumat, 26 Maret 2010

Kulineran di Negeri Gingseng


Jika selama travelling di Jepang saya biasa menghemat uang makan dengan membeli onigiri, maka di Korea saya agak memanjakan diri dan sedikit berboros-boros dalam hal membeli makanan. Selain karena harga makanan di Korea yang relatif lebih murah, cita rasa yang ditawarkannya pun sangat menggiurkan. Pedas! Rasa yang sangat saya rindukan setelah hampir lima bulan tinggal di negeri matahari terbit.

You are what you eat. Perbedaan karakteristik antara orang Jepang dan Korea mencerminkan apa dan bagaimana mereka makan. Orang Jepang yang serba teratur, detail, dan kalem terbiasa makan-makanan yang rasanya cenderung hambar, tidak terlalu tajam, dengan berbagai bentuk yang sangat indah dan detail. Sementara itu, orang Korea yang cenderung lebih dinamis, cerewet, dan galak lebih menyukai makanan yang pedas dan asam. Mereka juga tidak terlalu menaruh perhatian pada tampilan makanan dan sangat suka mengaduk campur semua makanan bersama nasi.

Makanan korea dihidangkan bersama banchan (lauk-pauk sampingan) yang biasanya berbeda-beda untuk tiap masakan. Banchan biasanya terdiri dari berbagai macam sayur dingin, tahu, kentang ataupun bihun serta semangkuk kuah sup dalam porsi kecil. Meskipun jenis banchan biasanya berbeda-beda untuk tiap jenis masakan yang disajikan, ada satu makanan yang tidak pernah absen dari meja, Kimchi. Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi putih dan lobak. Orang korea makan menggunakan sendok dan sumpit. Agak berbeda dengan Jepang, sumpit di Korea lebih panjang dan pipih serta terbuat dari stainless steel.

Berikut ini adalah makanan-makanan yang saya makan selama perjalanan saya 5 hari di Korea Selatan.

Seafood friedrice (Haemul bokkeumbap)

Ini adalah makanan pertama yang saya makan di Korea. Nasi goreng ala Korea yang dimasak dengan berbagai jenis seafood – mulai dari udang, cumi-cumi, kerang, sampai gurita – dengan taburan nori di atasnya dan telur setengah matang. Jika dibandingkan dengan nasi goreng Indonesia, rasa nasi goreng ini cenderung lebih lembut, tanpa kecap dan saos. Sangat maknyuss untuk mengobati perut yang kelaparan dan cukup hangat untuk menghadapi suhu di luar ruangan yang saat itu mencapai minus 5 derajat.

Hot Spicy Tuna and Seafood

Sebelum melakukan perjalanan di hari pertama, saya dan Damara memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Untunglah kami berhasil menemukan sebuah restoran yang sudah buka pada jam 7 pagi kala itu. Kami memesan Hot Spicy Tuna (untuk saya) dan Hot Spicy Seafood (untuk Damara). Masakan ini disajkan di sebuah piring oval besar yang di Indonesia biasanya digunakan untuk piring sayur/lauk dengan perbandingan nasi : lauk, 1: 1. Ketika saya sedang enak-enak menikmati masakan yang lezat tersebut, tiba-tiba si Ahjumma pemilik warung makan tersebut menyuruh saya untuk mencampur aduk nasi dengan lauknya. Dia bilang seperti itulah cara orang Korea makan, tapi saya tetap bersikeras tak ingin mengaduk makanan saya, haha..

Turkish Cuisine


Karena di hari pertama perjalanan kami mengunjungi Itaewon, akhirnya kami memutuskan untuk mencicipi makanan di sebuah restoran halal yang banyak terdapat di area sekitar masjid sentral Seoul. Di sebuah restoran bernama Salam tersebut kami memesan menu yang sudah sangat lama tidak kami makan, daging ayam dan sapi, nasi putih, dan roti khan. Masakan dengan cita rasa timur tengah tersebut sangat lezat dan mampu mengobati kerinduan kami mengkonsumsi daging yang selama ini jarang kami makan. ^_^

Seafood Soup (Haemul jjigae)

Setelah berlelah-lelah mengelilingi pasar Insa-dong di hari kedua, kami mencari makan siang di sekitar daerah tersebut. Akhirnya kami memutuskan makan di sebuah rumah makan dengan menu berbahasa Inggris, setelah keluar masuk beberapa gang. Karena udara di luar saat itu cukup dingin, kami memutuskan untuk memesan sup seafood yang hangat. Sup seafood ini berisi berbagai macam seafood, tofu, dan juga jamur hioko dengan kuah berbumbu miso. Sangat lezat dan hangat!!

Cold Noodle

Sewaktu di Namiseoum, kami masuk ke sebuah restoran yang tampaknya memiliki menu berbahasa Inggris. Dengan bantuan seorang waiter akhirnya kami memilih sebuah menu mi yang insyaAllah halal karena tidak menggunakan daging. Ternyata saya salah memesan menu (T-T). Si waiter tersebut tidak mengatakan bahwa mi tersebut disajikan dingin. Huweee…saya cukup terkejut ketika saya menyentuh mangkok mie itu pertama kalinya. Kok dingiin?? Itulah pertama kalinya saya makan mie dingin, di musim salju pula. Selain dingin, mie tersebut juga terasa asing di lidah saya. Karena bumbu sambal yang rasanya tidak jelas di lidah saya serta mie yang sangat kenyal sehingga susah ditelan, dengan sangat menyesal (karena salah pilih menu), bete (karena si waiter ga bilang kalo itu mie dingin), dan mual (karena rasanya yang ga jelas) akhirnya saya gagal menghabiskan menu tersebut. (-_-“)

Temple Food

Pada hari keempat, kami pergi menuju daerah selatan Koera, Daegu dan Busan. Tempat tujuan kami di Daegu adalah Donghwasa Temple, sebuah kuil Budha yang terletak di sebuah bukit di sebelat utara kota Daegu. Ketika kami akan beranjak dari kuil tersebut, seorang wanita menghampiri kami. Wanita yang ternyata pemandu wisata sukarela untuk kuil tersebut mengajak kami mencoba masakan kuil yang biasa dimakan oleh para biksu. Karena penasaran dan gratis, kami menyetujui ajakannya. Masakan kuil hanya terdiri dari tumbuh-tumbuhannya saja karena para biksu dilarang membunuh makhluk hidup lainnya (padahal ya tumbuhan juga makhluk hidup ;p). Kantin tempat kami makan tersebut terbuka untuk umum dan siapa saja diperbolehkan untuk makan di sana secara cuma-cuma. Untuk masakannya sendiri, menurut saya rasanya agak hambar, kurang berbumbu. Tapi saya cukup menikmatinya karena jarang-jarang atau mungkin cuma sekali itu saya bisa menikmati masakan kuil. (^_^)

Seafood Steamboat (Haemul… entahlah)

Masih di hari keempat, setelah menghabiskan sore romantis (hueekk… >,<) di pinggir pantai Haeundae – Busan, saya dan Damara memutuskan mencari makan malam. Di sepanjang jalan dari Stasiun menuju pantai, banyak terdapat restoran seafood yang membuat air liur menetes, serta mata membelalak karena harganya yang suangat muahal sekuali. Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya kami menemukan sebuah restoran yang harganya cukup terjangkau dan kelihatan enak. Ternyata kali ini kami cukup beruntung. Makanan yang disajikan sangat lezat, porsinya besar dengan harga yang terjangkau, huehehe… =3. Kami memesan 1 porsi seafood steamboat extra hot ukuran besar untuk berdua. Isi seafoodnya cukup lengkap, ada udang, ikan, kepiting, kerang, cumi-cumi, hingga gurita. Rasa pedasnya pun mantap, sangat maknyuss dan mampu mengobati kekecewaan kami karena tragedi cold noodle sehari sebelumnya. (^_^)


Jalan-jalan di Negeri Sakura

Salah satu bagian yang paling saya sukai dari travelling adalah planning. Rasanya seneng aja cari tahu sebanyak-banyaknya tentang suatu tempat, bikin rencana perjalanan, budgeting, cari-cari hostel, bus, kereta, pesawat termurah dan sebagainya, walaupun pada akhirnya saya sangat suka menghancurkan rencana perjalanan itu sendiri dan pergi sesuai kehendak hati. ^_^. Dengan tersedianya informasi yang sangat memadai di Jepang, hampir semua hal mengenai perjalanan bisa direncanakan.

Berikut ini adalah beberapa informasi yang bermanfaat dalam merencanakan perjalanan selama di Jepang.

Informasi Umum

Informasi mengenai suatu tempat biasanya daya dapatkan dari situs japan-guide.com. Situs ini berisi informasi yang sangat lengkap mengenai tempat-tempat wisata di seluruh wilayah Jepang, mulai dari review tempat wisata, akses menuju tempat-tempat tersebut, rute bus, dan special bus/subway ticket di suatu kota. Biasanya tiap kota memiliki special pass untuk tourist yang dapat digunakan selama 1-2 hari. Ada yang sifatnya unlimited (mau naik bus berapa kali pun dalam 1 atau 2 hari) ada juga yang limited (biasanya antara 15-20 kali sehari). Menurut saya sendiri, special pass yang paling OK dimiliki oleh kota Osaka. Pass-nya Osaka tidak hanya digunakan untuk transportasi saja tetapi juga include tiket masuk ke beberapa tempat wisata yang total nilainya bisa mencapai 4 kali lipat harga special pass itu sendiri.

Transportasi

Seishun Juhachi Kippu adalah tiket spesial liburan murah meriah yang dikeluarkan oleh JR. Tiket ini dapat digunakan untuk naik kereta api (hanya local, rapid, dan beberapa sleeper train) yang dikelola oleh JR di seluruh penjuru Jepang, mulai dari Hokkaido hingga Kyushu, selama 5 hari (tidak harus berturut-turut). Tiket ini juga bisa digunakan oleh 5 orang dalam 1 hari, 2 orang dalam 2 hari, atau kombinasi lainnya. Kelemahannya tentu saja karena menggunakan local train kita harus sering-sering berganti kereta api. Dari Hiroshima hingga Tokyo saja kita harus transfer hingga 9 kali. Untuk mengatasi hal tersebut kita juga bisa menggunakan sleeper train (kereta malam), tapi dengan begitu berarti kita menggunakan 2 jatah tiket kita untuk 2 hari.

Namun demikian, tiket ini tetap saja populer dikalangan para wisatawan (khususnya mahasiswa asing dengan uang pas-pasan) karena memberikan kesempatan akses ke seluruh penjuru Jepang dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk menggunakan Seishun Juuhachi Kippu tentu saja kita harus mengetahui dengan pasti jadwal kereta yang akan kita naiki, dimana harus turun dan berganti kereta. Informasi lengkap mengenai jadwal kereta api dan subway di seluruh Jepang dapat diperoleh di situs Hyperdia.

Mode transportasi lainnya yang juga masih terjangkau adalah bus malam. Selain karena harganya yang murah, dengan menggunakan bus malam kita bisa menghemat biaya penginapan. Informasi mengenai highway bus juga bisa didapatkan di situs japan-guide.com. Pemesanan tiket bus bisa dilakukan secara online, langsung ke stasiun/terminal, ataupun melalui convenient store. Salah satu perusahaan bus favorit saya adalah Willer Express karena mereka menawarkan berbagai pilihan kelas, mulai dari kelas ekonomi yang kursinya standar kursi bus Eksekutif AC di Indonesia, hingga kelas eksekutif yang kursinya menyerupai kursi penerbangan kelas bisnis yang lebar dengan sandaran kaki plus selimut yang membuat perjalanan menjadi super duper nyaman.

Akomodasi

Salah satu hal yang juga tidak kalah penting selain transportasi adalah masalah akomodasi. Walaupun hanya digunakan di malam hari, sangat penting untuk mendapatkan tempat berisitirahat yang nyaman setelah seharian berjalan kaki berkilo-kilo meter menjelajahi kota. Biasanya saya mencari hostel yang murah tetapi nyaman dan layak huni. Informasi mengenai hostel bisa di dapatkan di banyak situs, seperti misalnya di Hostelworld. Dari situs ini kita bisa membandingkan antara hostel yang satu dengan lainnya, baik dari sisi fasilitas, kualitas, maupun harga. Jangan hanya melihat tampilan fotonya saja, tetapi baca juga review orang-orang yang pernah menginap di sana karena kadang foto saja bisa menipu.

Yang terakhir, jangan lupa cari Tourist Information Center sesampainya di kota tujuan untuk mencari info tambahan serta meminta peta dan guide book gratis. Pembelian sepcial pass juga biasanya dilayani di Tourist Information Center yang biasanya terletak di Main Station.

Senin, 01 Februari 2010

Living in Tenno's Country

Ikkoku Senkin
Jepang terkenal sebagai negera yang sangat ketat mengenai masalah ketepatwaktuan. Saya belajar banyak tentang ketepatwaktuan selama saya tinggal di sini. Ga ada lagi yang namanya jam karet di negeri ini. Janjian jam 1 ya kumpul jam 1 dan bukannya jam 2 seperti kebiasaan di Indonesia. Mereka yang sering terlambat akan dianggap tidak reliable oleh yang lain. Menurut hasil survey di Tokyo, hanya 5% perempuan dan 4% laki-laki memiliki jam tangan yang tidak akurat. Robert Levine dan Ellen Wolff menetapkan Jepang sebagai negara dengan konsep ketepatwaktuan terbaik di dunia. Hasil survei menunjukkan bahwa mahasiswa Jepang terlambat ke kelas kurang dari sekali per minggu, dan guru menghukum keterlambatan dengan menurunkan nilai. Semua serba tepat waktu disini mulai dari waktu janjian, jadwal bus/kereta api, sampai estimasi waktu antrian setiap wahana di Disneyland. Kecepatan rata-rata berjalan, ketepatan jam di bank, dan efisiensi kantor pos adalah yang tertinggi di dunia.

Transportation System
Satu hal yang sangat saya sukai dari negeri ini adalah sistem transportasinya yang super duper convenient. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki jaringan transportasi termaju di dunia. Semua mode transportasi di sini selalu bersih, tepat waktu, no smoking, no pedagang asongan dan no copet. Ada bermacam-macam mode transportasi darat di negeri ini, mulai dari bus, subway, tram, kereta api (local train), hingga shinkansen.

Bus di sini mirip-mirip sama Transjakarta atau Transjogja di Indonesia. Mereka hanya berhenti di tiap bus stop saja. Jadi ya ga bisa seenaknya nyetop bus di tengah jalan dan harus rela jalan sedikit jauh untuk mencapai bus stop. Tapi enaknya adalah kita ga perlu nunggu bus ngetem berlama-lama di suatu tempat. Selain itu bus datang hampir setiap 5 menit, jadi tidak perlu menunggu lama jika kita ketinggalan 1 bus.

Tidak semua kota di Jepang memiliki subway dan tram. Biasanya subway ada di kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka. Subway merupakan mode transportasi yang menurut saya paling convenient. Cepat dan menjangkau hampir seluruh tempat di dalam kota. Jaringan subway terbesar ada di Tokyo. Di Tokyo terdapat lebih dari 15 line yang menghubungkan berbagai tempat di dalam kota. Awalnya saya juga sempat bingung membaca peta subway Tokyo yang berwarna-warni itu, tapi setelah sekali naik saya langsung terbiasa. Hiroshima sendiri tidak memiliki subway, tetapi memiliki jaringan tram ataustreet car yang menghubungkan beberapa wilayah di pusat kota.

Kereta api tersebar hampir di seluruh wilayah Jepang mulai dari Hokaido hingga Kyushu. Alat transportasi ini menghubungkan kota yang satu dengan yang lainnya. Ada berbagai jenis kereta api mulai dari local train, rapid train, limited express, hingga si super cepat shinkansen yang kecepatan maksimumnya mencapai 300km/jam. Shinkansen terkenal sangat on time, tingkat keterlambatan rata-rata shinkansen adalah 24 detik/kereta. The trains are so prompt that watches can be set by them. Shinkansen juga belum pernah sekalipun mengalami kecelakaan sejak pertama beroperasi pada 1964.

Takai desu ne!
Jepang terkenal sebagai negara termahal di dunia. Jangan kaget bila datang ke sini dan menemukan sebotol air mineral 500ml seharga Rp 10.000,00 dan sebuah melon yang ga-gede-gede-amat-dan-rasanya-biasa-aja seharga lebih dari Rp 200.000,00.

Ada beberapa hal yang menyebabkan mahalnya biaya hidup di Jepang. Aging society membuat sumberdaya manusia sebagai benda yang semakin langka. Dan sesuai dengan hukum ekonomi maka harga sumber daya manusia itu menjadi sangat mahal di negeri ini. Big Mac Index menunjukkan bahwa pekerja di Jepang mendapatkan gaji per jam terbesar di dunia.

Sistem distribusi yang tidak efisien juga berkontribusi terhadap tingginya biaya hidup di negeri ini. Jepang memiliki sistem distribusi yang luar biasa ruwet dengan berbagai lapisan. Dan semakin banyak jumlah intermediaries antara produsen dan konsumen maka akan semakin membengkak pula harga suatu produk. Ribetnya sistem distribusi di Jepang tidak lepas dari kebijakan pemerintah Jepang pasca PD II. Pasca PD II, banyak orang yang membutuhkan pekerjaan sehingga sistem distribusi dibuat sedemikian rupa agar bisa memperkerjakan banyak orang.

Mahalnya biaya hidup di negeri ini juga tidak lepas dari keapatisan penduduk Jepang terhadap harga-harga yang setinggi langit tersebut. Masyarakat Jepang lebih memilih membeli produk berharga mahal tetapi stabil daripada barang murah yang harganya naik sedikit demi sedikit mengikuti kenaikan harga bahan baku. Dan yang terakhir tentu saja menguatnya nilai Yen terhadap mata uang asing lainnya membuat biaya hidup di negara ini menjadi sangat mahal bagi para pendatang. Untungnya sejauh ini uang beasiswa yang saya terima sudah lebih dari cukup untuk membiayai hidup saya di sini sehingga saya tidak perlu meminta suntikan dana dari orang tua.


Discount Day and Late-night Grocery Shop
Hidup di negara yang apa-apa mahal ini tentunya kita harus pintar-pintar berhemat. Salah satu caranya adalah dengan menyiasati waktu belanja kita. Supa atau supermarket di Jepang biasanya memiliki satu hari diskon dalam seminggu dimana harga kebutuhan pokok dijual lebih murah sekitar 10-50%. Biasanya tiap-tiap supa memiliki disount day yang berbeda-beda. Saya sendiri biasa berbelanja setiap hari selasa dimana 10 butir telur yang biasanya dijual seharga ¥ 198 pada hari-hari lainnya, bisa saya dapatkan dengan harga ¥ 97 saja.

Selain berbelanja pada hari diskon, saya juga sering berbelanja agak larut malam. Supa di dekat apato saya setiap harinya buka hingga pukul 22.30. Dan biasanya 30 menit sebelum supa ditutup harga berbagai macam ikan, daging, serta masakan siap saji akan didiskon hingga 80% karena mereka tidak bisa menjualnya keesokan hari. Mungkin rasanya sudah tidak akan segar lagi jika dimakan mentah-mentah (dibuat sushi atau sashimi). Tapi jika dimasukkan ke dalam frezzer, saya masih bisa memasaknya hingga dua hari kemudian.

Watch your garbage out!
Jepang adalah negara yang sangat bersih. Jarang sekali saya temui ada sampah tergeletak di jalanan meskipun anehnya sangat sulit untuk menemukan tempat sampah di tempat umum. Ya, sangat sulit untuk menemukan tempat sampah di tempat umum sehingga sering kali saya harus membawa sampah-sampah hingga pulang ke rumah. Beberapa tempat yang biasanya memiliki tempat sampah adalah convenient store (7eleven atau Lawson, biasanya untuk berbagai jenis sampah), di samping vending machine (hanya untuk pet bottle dan atau kaleng), dan toilet (tapi biasanya tempat sampahnya sangat kecil karena fungsi utamanya hanya untuk sampah tissue).

Selain masalah membuang sampah, masalah sortir-menyortir sampah menjadi hal paling ribet selama saya tinggal di sini. Biasanya kita hanya mengenal 2 jenis (organic dan non organic) ataupun 4 jenis sampah (kertas, plastic, kaleng, organic) seperti yang ada di kampus saya di Indonesia. Di sini kita harus menyortir limbah rumah tangga kita menjadi “DELAPAN” jenis sampah; combustible garbage, incombustible garbage, pet bottle, recyclable plastic, other plastic, recyclable garbage, toxic garbage, dan large garbage. Belum lagi pengelompokkan sub kategori dari tiap jenis sampah tersebut. Jika di Indonesia biasanya kita langsung membuang pet bottle begitu saja, disini kita harus memisahkan antara botol, label, dan tutupnya. Botol masuk ke kategori pet bottle sementara label dan tutupnya masuk ke kategori recyclable plastic, tetapi biasanya tutup botol dibuang terpisah dari label. Namun, khusus untuk tempat sampah pet bottle di sebelah vending machine, kita bisa membuang keseluruhan botol tersebut tanpa perlu memilah-milah.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah jadwal pembuangan sampah. Kita tidak bisa sembarangan membuang sampah setiap harinya. Tiap jenis sampah memiliki jadwal pembuangan tersendiri dan kita tidak diperbolehkan membuang sampah bukan pada jadwal pembuangannya. Terdengar sangat ribet memang. Tapi berkat sistem persampahan yang ribet inilah Jepang bisa menjadi negara yang bersih. Mereka juga berhasil mengurangi jumlah sampah dengan mendaur ulang sampah-sampah yang ada.

***

Keterangan:
- Tenno secara harafiah berarti kekaisaran surgawi, merujuk pada kekaisaran Jepang yang dianggap keturunan langsung dari Dewa Matahari.
- Ikkoku Senkin, peribahasa Jepang yang berarti waktu adalah hal yang berharga. Kurang lebih sama seperti "time is money"-nya Inggris.
- Takai secara harafiah berarti mahal atau tinggi. Bentuk desu ne digunakkan untuk menguatkan pernyataan atau mengharapkan pendapat yang sama dari lawan bicara (seperti question tag dalam kalimat English). Takai desu ne! = Mahal ya!


Senin, 25 Januari 2010

Books I Want To Read

Dengan dikumpulnya paper terakhir saya hari ini, maka berakhirlah Fall/Winter semester di Hiroshima University of Economics. Upacara penutupan sendiri baru akan diadakan tanggal 3 Februari besok dan semua mahasiswa pertukaran pelajar diwajibkan untuk memberikan pidato singkat dalam bahasa Jepang. Padahal dengan kemampuan bahasa Jepang saya sekarang yang masih selevel dengan anak kelas 2 SD saya hanya bisa membuat kalimat2 yang sangat sederhana sekali. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya pidato saya nantinya. Semua kalimat akan berbentuk kalimat tunggal sederhana dengan komponen S-O-P saja. Selain persiapan untuk pidato 3 menit itu saya tidak memiliki kesibukan lainnya selama seminggu ke depan.

Kalau sedang masa-masa nganggur seperti ini biasanya saya pinjam/beli buku untuk dibaca. Tapi sekarang saya tidak bisa membaca apapun. Sangat sulit mencari buku berbahasa asing disini, bahkan buku berbahasa Inggris, selain buku pelajaran Bahasa Inggris. Mungkin akan lebih mudah mencari buku impor jika saya tinggal di Tokyo.

Kalau dipikir-pikir sudah lama juga saya tidak beli buku. Kemarin saya sempet liat2 situs toko buku online dan alhasil saya jadi semakin ingin membaca buku. Berikut ini buku-buku yang sedang ingin saya baca. Novel semua sih, soalnya saya memang sedang butuh hiburan. Here's the lists.

Negeri 5 Menara - A. Fuadi



Rembulan Tenggelam di Wajahmu - Tere Liye



A Thousand Splendid Suns - Khaled Hosseini



Galaksi Kinanthi - Tasaro GK



Eat, Pray, Love - Elizabeth Gilbert



Perahu Kertas - Dee



The Boy in the Striped Pajamas - John Boyne


9 Matahari - Adenita



Lelaki Tua dan Laut - Ernest Hemingway


Banyak juga ternyata, sepertinya ga mungkin saya beli semua. So, bagi yang punya salah satu atau semua buku di atas dan berbaik hati ingin meminjamkan bukunya, akan saya terima dengan senang hati. Atau jika mungkin ada yang sudah pernah membaca buku-buku di atas, mohon masukannya kira2 buku mana yang worth to buy. ^_^


Sabtu, 23 Januari 2010

The Last Journey (in 2009)

Setelah menyusun rencana berbulan2 sebelumnya. Akhirnya perjalanan 7 hari 8 malam ini terealisasi juga di penghujung tahun 2009 yang lalu. Tokyo - Nikko - Fujikawaguchi - Osaka - Nara menjadi perjalanan terakhir saya di tahun 2009.

Tokyo
Layaknya ibukota suatu negara, Tokyo menawarkan modernitas kota megapolitan yang identik dengan gedung2 tinggi pencakar langit dan pusat-pusat perbelanjaan. Selain Imperial Palace dan Asakusa Temple saya tidak menemukan tempat lain yang memiliki nilai historis yang bisa dieksplorasi. Itulah sebabnya saya hanya menghabiskan waktu 1 hari untuk menjelajahi kota terbesar di Jepang ini. Mulai dari berbelanja omiyage di Asakusa, membandingkan harga barang2 elektronik di Akihabara, mengamati street fashion Harajuku, tenggelam dalam kerumunan manusia di stasiun tersibuk di Jepang - Shibuya, menikmati sore di East Garden of Imperial Palace, menyusuri jalananan penuh butik2 high class di Ginza, hingga mengakhiri malam dengan menikmati lampu malam kota dari puncak Government Office Building di Shibuya.


Kaminarimon Gate, Asakusa


Lolita Girls in Takeshita Dori, Harajuku


Flowers in East Garden of Imperial Palace


Tokyo Nightscape
View from Tokyo Government Office Building


Tokyo Tower


Nikko
Terletak 125 km di utara Tokyo, Nikko tidak hanya menawarkan keindahan alamnya yang luar biasa tetapi juga berbagai wisata budaya dengan nilai historis yang tak ternilai. Meskipun menurut banyak travel guide book Nikko paling indah di kala musim gugur, ternyata kota ini tidak kalah indahya di musim dingin. Hutan yang putih tertutup salju memberikan pemandangan yang tidak kalah menarik dengan daun-daun merah di musim gugur.


Chujenzi Lake, Nikko


Snowy Road in Nikko


Toshogu Shrine, Nikko
Lavishly decorated shrine built to show the power and strength of Tokugawa Ieyasu


Fujikawaguchi
Terletak di kaki Gunung Fuji, wilayah ini berkembang menjadi resor wisata yang dipenuhi villa-villa mewah. Kawaguchi Lake merupakan danau terbesar di antara 5 danau yang terletak di kaki gunung tertinggi di Jepang ini. Dengan banyaknya bangunan bergaya Eropa yang dibangun di sekitar danau, tempat ini mengingatkan saya pada danau-danau di Eropa yang sering saya lihat di film-film.


Mount Fuji
Picture taken from the bus


Kawaguchi Lake

Osaka
Tidak seperti perjalanan ke Tokyo yang direncanakan dengan matang, perjalanan ke Osaka seperti saya 'anak-tiri'kan. 'Let just go and see what that city has'. Itu yang ada dipikiran saya ketika memutuskan pergi ke kota terbesar ketiga di Jepang ini. Awalnya saya pikir tidak akan ada banyak tempat yang bisa saya kunjungi di kota ini karena berdasarkan apa yang saya baca di travel guide book and websites tidak terlalu banyak tempat yang cukup menarik di Osaka. Tetapi ternyata saya salah besar. Osaka is surprisingly really interesting. Hanya dengan 2,000 yen saya bisa mengunjungi kuil Buddha tertua di Jepang, menikmati pesiar mewah dengan Santa Maria Cruise, menonton indahnya sunset di Osaka Bay, serta menikmati pemandangan malam kota Osaka dari puncak WTC dan Umeda Building.


Pagoda at Shitennoji Temple
The oldest Buddhist Temple in Japan


Santa Maria Cruise at Osaka Bay


Sunset at Osaka Bay


Osaka City Nigthscape
Taken from Umeda Building


Dotombori Street
The most famous street market in Osaka


Nara
Nara menjadi kota tujuan terakhir dalam perjalanan saya kali ini. Kota kecil yang merupakan ibukota pertama Jepang ini terletak tidak begitu jauh di sebelah timur Osaka.


Todaiji Temple
The biggest wooden building in the world


Inside of Todaiji Temple
Biggest bronze buddha Statue in the world


***

That's my last journey in 2009. Saya harap saya bisa berkunjung ke banyak tempat lainnya di tahun 2010 ini.

Next Journey : South Korea, InsyaAllah on February 2010.

Kamis, 21 Januari 2010

Hachiko

I'm back, hoho...V(^o^)V
Akhirnya semua ujian sudah terlewati, tinggal 1 paper yang harus dikumpul. Itu pun hanya 4 halaman summary presentasi saya sebelumnya, jadi sekarang saya sudah bisa bersantai-santai. Fesbukan lagi, streaming film lagi...

Ngomong2 soal film, saya lagi nyari link buat streaming film Hachiko tapi sampe sekarang belum ketemu2 juga.



Awalnya saya denger cerita tentang si Hachiko ini dari Dosen Cross-Cultural Communication saya, Hotta-Sensei. Film ini diambil berdasarkan kisah nyata persahabatan seekor anjing dan manusia. Jadi ceritanya si Hachiko ini adalah seekor anak anjing yang dipungut oleh seorang Profesor. Setiap pagi si Hachiko selalu mengantar si Profesor berangkat ke stasiun dan menjemputnya di sore hari. Begitu terus selama bertahun-tahun hingga akhirnya sang Profesor meninggal dunia saat mengajar di kampus. Hachiko yang selalu menjemput tuannya terus menunggu di depan stasiun bahkan hingga 10 tahun setelah sang Profesor meninggal dunia. Selama 10 tahun dia tetap berada di sana, di tempat biasanya dia bertemu dengan sang Profesor yang kini telah tiada.

Di film sih setting ceritanya di Amerika dengan Richard Gere sebagai sang profesor tapi sebenernya setting asli cerita ini adalah di Jepang, lebih tepatnya di Shibuya Station. Di depan Shibuya Station dibangun sebuah patung anjing untuk mengenang kisah si Hachiko. Waktu saya ke Tokyo kemarin, saya menyempatkan diri melihat patung Hachiko ini. Sekarang patung Hachiko adalah tempat yang paling populer untuk tempat janjian. Saya juga ga tahu kenapa, padahal saking banyaknya orang yang janjian di sana pasti bakalan susah banget nyari orang yang kita ajak janjian.

Patung Hachiko di Shibuya Station

Ini official trailernya yang saya ambil dari youtube.



Saya ga sabar pingin nonton film ini. Kalo ada yang tahu link buat streaming full HD film ini, please let me know.

Senin, 11 Januari 2010

H-34

Kyyaaa....besok dah mau ujian akhir...
Dan bukannya belajar saya malah streaming film dan bikin postingan ga jelas ini...

Wish me luck for tomorrow...(^_^)V
Bismillahirrahmanirrahim...