Jumat, 13 Maret 2009

Cina – Eropa – Timur Tengah via Semarang

Liburan semester yang lalu aku menyempatkan diri jalan2 ke Semarang. Berangkat dari Pekalongan dengan kereta Kaligung dan sampai di Semarang pukul 19.30. Di sana aku menginap di kontrakan Kakakku. Dialah yang akan menemani perjalananku selama di Semarang.

Perjalanan baru aku mulai keesokan harinya. Tujuan pertama kami adalah Klenteng Sam Po Kong yang terletak di daerah Simongan, bagian barat kota Semarang. Menurut sejarahnya, dahulu klenteng ini adalah tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Cheng Ho. Tempat ini lekat sekali dengan arsitektur Cina, sehingga kemudian orang-orang menganggapnya sebagai Klenteng.

Saat kami datang, suasana di klenteng tidak begitu ramai karena hari itu adalah hari Sabtu dan bukan saat liburan. Di sana masih terlihat beberapa hiasan sisa-sisa perayaan imlek satu minggu sebelumnya. Kami beruntung karena datang pada saat jam wisatawan. Klenteng ini digunakan sebagai tempat ibadah dan ziarah sehingga sangat dijaga kesakralannya. Jika tidak sedang jam wisatawan, klenteng tersebut tidak boleh dimasuki sehingga kita hanya bisa melihatnya dari luar. Jam wisatawannya pun sangat terbatas yaitu hanya sekitar 15 menit, 2 atau 3 kali dalam sehari. Kita juga dilarang memotret bagian dalam Klenteng dan hanya diijinkan untuk mengambil foto di bagian luar. Di Sam Po Kong ini saya sempat mengambil beberapa foto.


Puas mengambil gambar di Klenteng Sam Po Kong, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Lama. Di tempat ini banyak sekali bangunan lama bergaya Belanda yang bisa ditemui. Tempat ini juga sering dijadikan sebagai spot pengambilan gambar baik untuk fotografi maupun film. Di tempat ini saya tidak menghabiskan waktu begitu lama karena saat itu langit mendung dan kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung. Berikut ini beberapa foto yang kami ambil di kota lama.

Perjalanan kami lanjutkan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Tidak sulit untuk menemukan bangunan nan megah ini, meskipun kami belum pernah ke sana sebelumnya. Masjid ini terletak di Jalan Gajah. Sebelum berkeliling melihat-lihat, kami memutuskan untuk shalat dzuhur terlebih dahulu. Sempat bingung juga saat hendak shalat karena bangunan Masjid yang sangat besar. Selesai shalat kami mulai menjelajahi masjid. Puas menjelajah di bawah, kami memutuskan untuk naik ke menara masjid. Hanya dengan membayar Rp 5.000,- (yang dikembalikan dalam bentuk 5 buah marimas) kami bisa naik lift hingga lantai 20. Dari atas menara, kita bisa melihat bentuk Masjid Agung secara keseluruhan. Dari sini kita juga bisa melihat pemandangan kota Semarang hingga ke laut. Tidak seperti di bawah yang sangat terik di siang hari, angin di atas menara sangat kuat. Selesai dari menara kami turun ke lantai 2 untuk melihat museum. Museum ini berisi mengenai sejarah perkembangan Islam di Jawa Tengah, berbagai foto Masjid Agung yang tersebar di Jawa Tengah, Al Qur’an raksasa dan juga perkembangan proses pembangunan Masjid Agung itu sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar