Kamis, 12 Maret 2009

Melihat Dari 2 Perspektif




Long weekend kemarin beberapa teman mengajakku pergi ke Suroloyo (Kulon Progo) untuk melihat Sunrise. Kkatanya kita bisa melihat sunrise yang bagus dan Borobudur dari Puncak Suroloyo. Awalnya aku sedikit enggan untuk ikut, karena itu berarti kami harus berangkat pagi-pagi buta dari Jogja (dan mengorbankan 4 jam waktu tidur).

Akan tetapi, setelah dipikir2, kehidupanku pasca suksesi kepengurusan benar-benar menjenuhkan…rutinitas yang hanya berkutat sekitar kuliah-kos sedikit banyak mulai membuatku bosan (mungkin ini yang disebut post power syndrome). Aku jenuh…ingin mencari kesibukan…melakukan sesuatu yang baru… Akhirnya dengan sedikit rayuan dan paksaan…aku mengikuti ajakan mereka.

Minggu, 8 Maret 2009 pukul 01.00 dini hari kami berkumpul di depan Els Komputer. Pertama kalinya dalam sejarah, kami bisa berkumpul in time (normalnya kami bisa ngaret sampai 1 jam). Pukul 02.00 perjalanan menuju Suroloyo dimulai. Setelah menempuh berkilo-kilo perjalanan, isi bensin, tambal ban (oh ya…ban motorku bocor dan harus diganti…untungnya masih ada tambal ban yang buka pukul 3 pagi), dan melewati berbagai tanjakan dan turunan yang curam, pukul 4.30 kami sampai di Suroloyo. Sampai sana masih ada 286 anak tangga yang harus didaki untuk sampai ke atas Puncak Suroloyo. Sangat melelahkan, apalagi bagiku yang memang tidak pernah berolahraga. Sampai di atas puncak masih gelap, kami memutuskan untuk menunggu sambil bergerombol menghangatkan diri di gubuk yang ada di sana, tidur-tiduran, makan kacang sukro, foto-foto…apapun yang bisa dilakukan untuk membunuh rasa dingin. 15 menit…30 menit…1 jam…1 ½ jam…masih putih…kabut sangat tebal, apalagi saat itu cuaca memang sedang mendung. Kami belum cukup beruntung untuk bisa melihat sunrise dan Borobudur. Salah perhitungan memang untuk pergi ke sana di musim hujan…

Jika akan melakukan perjalanan, buatlah perencanaan yang matang. Pastikan Anda tidak datang pada saat yang salah. Jika Anda ingin melihat sunrise/sunset pastikan anda tidak datang saat cuaca sedang mendung.

Akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk turun sekitar pukul 7.00. Perjalanan dilanjutkan untuk mencari sarapan. Setelah mengisi perut dengan nasi padang di Muntilan…kami melanjutkan perjalanan ke Borobudur. Sesampainya di Borobudur tempat pertama yang kami tuju adalah mushola, bukan untuk sholat dhuha, melainkan untuk tidur. Suasana sangat ramai karena hari itu adalah hari minggu dan long weekend, tampaknya banyak orang yang datang untuk berlibur ke sana. Setelah 1 jam beristirahat dan tidur2 ayam kami memutuskan untuk masuk ke dalam.


Saat akan membeli tiket, ada seorang bapak yang menawarkan tiket kepada kami seharga Rp 10.000 (harga normal Rp 15.000), katanya dia membeli terlalu banyak tiket. Kami membeli 6 tiket dari Bapak itu (Rp 60.000) dan 6 tiket dari loket (Rp 90.000). Dengan tiket di tangan, kami pun masuk ke dalam. Ternyata dari 12 tiket kami, hanya 4 tiket yang disobek. Sisanya (8 tiket) lolos dari penjagaan karena suasana saat itu sangat ramai. Akhirnya kami tahu mengapa Bapak tadi menjual tiket itu kepada kami dan menyisakan 1 tiket untuk dirinya.

Sesampainya di dalam area Candi kami tidak langsung naik ke Candi karena saat itu sangat ramai dan panas. Instead of naik ke Candi, kami berkeliling area Candi - piknik di bawah pohon menggunakan jas hujan sebagai alas duduk, foto-foto di taman, dan…mencoba mencari puncak Suroloyo. Finally…we think we found Suroloyo…ga begitu jelas memang…tapi kami rasa apa yang kami lihat di kejauhan adalah tempat yang kami datangi subuh itu.

Setelah agak mendung dan tidak begitu panas kami naik ke Candi Borobudur. Baru sampai di tingkat kedua hujan pun turun. Dengan bersenjatakan jas hujan motor (yang untungnya tidak kami tinggal di motor), kpendakian ke puncak Borobudur kami lanjutkan. Akan tetapi, perjalanan terhenti karena banyak orang yang berteduh di tangga. Akhirnya kami pun memutuskan untuk berteduh dulu sambil berfoto-foto menggunakan jas hujan. Setelah agak sepi, perjalanan ke puncak Borobudur kami lanjtkan. Sampai di atas hujan pun berhenti. Setelah puas berfoto-foto kami segera turun kembali.

Jangan pernah meninggalkan jas hujan di kendaraan Anda. Selain bisa digunakan sebagai pelindung hujan, jas hujan juga bisa digunakan sebagai alas duduk dan tenda darurat. Sangat bermanfaat ;).

Terinspirasi oleh tindakan si "Bapak Tiket", kami pun memutuskan untuk menjual 8 tiketyanglolosdaripemeriksaan tersebut. Selepas shalat dzuhur di mushola tempat kami tidur sebelumnya, beberapa teman pergi untuk menjual tiket tersebut. Menggunakan strategi yang sama dengan si “Bapak Tiket” kami pun berhasil menjual 8 tiket tersebut denga harga Rp 100.000 (4 tiket@Rp 10.000 dan 4 tiket@Rp 15.000).

Pukul 14.30 kami keluar dari Candi Borobudur dan mencari makan siang dengan uang hasil penjualan tiket tersebut. Kami sampai di Jogja sekitar pukul 16.30.


Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan tetapi juga menyenangkan. Walaupun harus mengorbankan waktu tidurku untuk pergi berhujan-hujanan, gagal melihat sunrise dan Borobudur dari Suroloyo, kepanasan dan kehujanan di Borobudur, aku tidak menyesal sedikitpun telah menerima ajakan temanku untuk pergi.

Kapan lagi aku bisa touring di pagi buta? Isi bensin dan tambal ban jam 3 pagi?
Kapan lagi aku bisa shalat shubuh di puncak bukit dan menikmati kemistisan kabut yang pekat?
Kapan lagi aku bisa tidur di mushola Borobudur? Bermantel ria dan coba-coba jadi calo di Borobudur?

15 jam yang kuhabiskan bersama mereka sungguh merupakan pengalaman yang sangat unik dan tak terlupakan…
Walaupun kami tidak bisa melihat Borobudur dari Suroloyo, setidaknya kami bisa melihat Suroloyo dari Borobudur…
Walaupun gagal mengejar matahari dan hanya mendapatkan putih, ada hal yang jauh lebih berharga yang aku dapatkan dari perjalanan ini…
Kebersamaan…

Setiap kehidupan laksana dua sisi mata uang. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian….
Cobalah melihat sesuatu dari dua perspektif…maka akan kau temukan kebahagiaanmu di sana…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar