Sabtu, 25 April 2009

Post of Lot of Things

Akhirnya kemarin selesai juga kursus Bahasa Inggris saya di tempat kursus yang katanya adalah lembaga kursus Bahasa Inggris terbaik no.2 se-Indonesia. Saya memilih tempat kursus ini kerena harganya lebih murah, letaknya lebih dekat dengan kos saya, permainannya lebih banyak, dan gurunya lebih banyak (1 kelas diajar oleh 2 orang guru secara bergantian) dibandingkan dengan tempat kursus lain yang juga pernah saya ikuti. Walaupun saya jarang masuk (beberapa kali karena saya lupa), hasil akhir tes kemarin ternyata cukup memuaskan. Saya berhasil lulus untuk melanjutkan ke level yang lebih tinggi. Hanya saja, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke level selanjutnya karena selain saya ingin istirahat sebentar, saya juga ingin belajar bahasa lain dan sayangnya saya tidak punya cukup dana dan waktu untuk mengambil dua kursus bahasa sekaligus.

Saya ingin bisa menguasai berbagai macam bahasa. Karena dengan menguasai berbagai macam bahasa saya akan bisa berkomunikasi dengan banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Jika saya hanya bisa berbahasa Indonesia saya hanya bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia yang bisa berbahasa Indonesia (masih ada banyak orang Indonesia di pelosok negeri ini yang bahkan tidak bisa berbahasa Indonesia). Jika saya juga bisa menguasai Bahasa Jawa saya juga akan bisa berkomunikasi dengan lebih banyak orang. Sering kali ketika saya berjalan-jalan ke berbagai daerah di Jawa, saya diajak ngobrol oleh mbah-mbah dengan Bahasa Jawa alus (yang sayangnya tidak saya mengerti). Entah apa yang mereka ceritakan kepada saya, sepertinya pengalaman yang sangat menarik. Pasti akan sangat menyenangkan jika saya bisa memahami apa yang beliau-beliau katakan, saya yakin pasti ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari cerita mereka. Jika saya menguasai Bahasa Inggris, saya tidak hanya bisa berkomunikasi dengan orang Inggris, tetapi juga dengan semua orang dari negara-negara bekas jajahan Inggris yang juga menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasional mereka. Semakin banyak bahasa yang saya kuasai, semakin banyak orang yang bisa saya ajak berkomunikasi, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya peroleh.

Well, sejauh ini hanya ada 3 bahasa yang saya bisa. Bahasa Indonesia (native), Bahasa Jawa (cuma ngoko), dan Bahasa Inggris (not so bad). Masih ada banyak bahasa yang ingin saya pelajari seperti Bahasa Prancis, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jerman. Oleh karena itulah saya memutuskan untuk mengambil kursus bahasa lain selain Bahasa Inggris.

Selesai oral test kemarin, teman-teman les mengajak saya makan-makan dan foto-foto sebagai kenang-kenangan. Ini juga yang membuat saya senang kursus di lembaga no.2 ini. Kebersamaan dengan teman sekelas lebih terasa. Pertemanan kami tidak hanya sebatas di ruang kelas, tetapi juga di luar tempat kursus. Setelah cukup lama berdebat memilih tempat makan, akhirnya kami pergi ke Mirota Batik, Malioboro. Atap gedung Mirota Batik telah diubah menjadi sebuah restoran. Ini pertama kalinya saya makan di sana. Awalnya, kami sempat bingung karena disambut oleh seorang mbak-mbak yang berpakaian ala pengantin barat dengan gaun yang menggembung. Kami kira ada resepsi pernikahan di dalam. Ternyata mbak tersebut adalah among tamu yang bertugas mengantarkan para tamu yang datang ke tempat duduk. Kami mendapatkan tempat duduk di pendopo atas karena semua gazebo sudah penuh.

Awalnya saya sempat was-was karena saya pikir harga makanan di sana pasti mahal, padahal saat itu saya sedang bangkrut-bangkrutnya karena kiriman dari ayah saya tak kunjung datang. Saya bisa bernapas lega setelah mendapakan daftar menu. Ternyata harga makanan di sana tidak semahal yang saya kira, harga mi rebusnya adalah Rp 3.500 (sepertinya sama dengan harga mi rebus di warung burjo dekat kosan saya). Akhirnya saya memesan nasi goreng telur (Rp 7.500) dan wedang jahe (Rp 2.500). Nasi gorengnya dibungkus dengan telur dadar, ditambah krupuk + irisan tomat dan timun. Rasanya cukup enak walaupun saya tetap lebih menyukai nasi goreng mandiri dan wedang jahe angkringan dekat kosan saya.

Secara keseluruhan saya menikmati suasana makan di sana. Makanannya cukup enak, desain dan layout tempatnya menarik. Hanya saja saya masih bingung dengan konsep restoran ini. Di pojok pendopo tempat saya duduk ada seperangkat alat gamelan, di meja saya ada bunga-bungaan sesajen, tetapi mbak-mbak among tamu memakai pakaian barat, mas-mas pelayannya juga pake kemeja item + slayer merah di leher (kayak mas2 matador minus topi). Tidak jelas apakah restoran ini berkonsep Jawa ataukah Barat. Padahal Mirota Batik sendiri menurut saya telah memiliki konsep yang sangat baik. Mirota Batik bukan hanya tempat belanja souvenir khas Jawa, Mirota Batik juga menyajikan suasana yang sangat khas Jawa. Di depan Mirota Batik kita disambut oleh para among yang berkostum layaknya para abdi dalem kraton. Begitu memasuki Mirota Batik indera penciuman juga langsung disambut dengan aroma bunga-rempah khas nusantara, musik Jawa yang lembut mengalun di seantero toko. Terkadang juga ada mbok-mbok yang sedang membatik menyambut kedatangan kita. Tiga dari lima indera kita benar-benar dimanjakan dengan suasana khas Jawa. Konsep yang sangat jelas ini berhasil menciptakan brand awareness bagi para pelanggannya. Setiap mendengar kata “Mirota Batik”, mata-telinga-hidung saya langsung bisa membayangkan suasana setiap kali saya memasuki Mirota Batik. Menurut saya Mirota Batik telah berhasil menciptakan sesuatu yang lebih dari sekedar pengalaman berbelanja. Nah, saya rasa restoran Mirota Batik pun perlu memiliki konsep yang jelas seperti Mirota Batik ini.

Special Thanks to:
Miss Erna, Miss Hening, Yohan, Made, Abi, Gustin, Krisma, Resti, Echi, GIlang, Anis, Dyah, Tania, Gita, Pak Pius, Alvin, Karina. It’s such a pleasure to know all of you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar